قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

Rabu, 05 September 2018

Mbah Hamid Pasuruan Selalu Datang Haul Syekh Abdul Qodir al-Jailani di Baghdad

Kisah tentang Kiai Hamid ini saya dengar langsung dari Kiai Masyhudi Sanan Kulon Blitar sekitar tahun 2007-2008 sebelum beliau wafat. Santri Kiai Baidlowi Lasem yang merupakan paman Kiai Hamid ini bercerita kepada saya waktu saya sowan ke ndalem beliau.
Awakmu takono abahmu (mertua; KH. Idris Hamid), opo tau Kiai Hamid nang Baghdad
Lha kok ngaten Yai?” jawab saya
Iyo, sebab awal tahun 80-an, aku pas lungo hajindek Masjidil Haram pas sholat Jumat aku sandingan karo Syekh Hassan teko Baghdad. Deweke terus ngajak kenalan, yo mesthi nganggo bosoArab, takon jenengku lan asalku. Yo tak jawab ..
Ana min Jawa Syarqiyah” (saya dari Jawa Timur). Lha kok beliau langsung takon:
Halla ta’lam Syaikh Abdal Hamid min Pasuruan?” (apa kamu mengenal Kiai Hamid dari Pasuruan)” Yo tak jawab
Thob’an, huwas syaikhuna al masyhur li ‘ilmih” (Tentu, beliau adalah guru kami yang terkenal karena kealimannya).
Lajeng Yai, kok saget Syekh Hasan beliau kenal Romo Kiai Hamid?” Tanya saya
Yo akhire deweke tak takoni lan crito karo, yen saben haule Syekh Abdul Qodir al-Jailani ning Baghdad, Kiai Hamid mesthi rawuh lan nginep ning ndaleme syekh Hassan kuwi. Iku saben tahun lho ngendikane..”.

Gus Miek Sudah Jadi Wali Sejak Masih Belia


Membincang ihwal sosok Gus Miek seakan tidak bisa terlepas dari aura kewaliannya yang begitu terpancar, penuh misteri dan nyentrik. Perilakunya yang khariqul ‘adah, cara dakwahnya yang tidak sama dengan ulama’-ulama’ lainnya, membuat jalan dakwah Gus Miek tidak hanya terbatas pada kaum santri, lebih dari itu kalangan selebriti, orang-orang pinggiran dan bahkan para pecinta gemerlap dunia malam pun tidak lepas dari sentuhan dakwahnya.
Gus Miek kecil lahir dari pasangan KH. Djazuli Ustman dan Nyai Rodhiyah tepat pada tanggal 17 Agustus 1940 di desa Ploso, Mojo, Kediri, Jawa Timur. KH. Djazuli pun memberi nama Hamim Tohari Djazuli kepada putra ketiganya itu, yang kemudian lebih sering dipanggil Amiek atau Gus Miek lantaran saudara-saudaranya yang juga masih kecil belum fasih memanggil nama Hamim.
Selama mengandung Gus Miek, Nyai Rodhiyah banyak mengalami peristiwa-peristiwa dan mimpi-mimpi yang luar biasa yang belum pernah ia alami semasa mengandung putra-putra sebelumnya. Sebagaimana keyakinan ulama’ terdahulu bahwa mimpi pada saat-saat tertentu memiliki arti penting dan bisa dijadikan isyarat karena merupakan ilham yang dikaruniakan Allah melalui jalan mimpi.