قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

Kamis, 26 April 2012

GURU KREATIF


Dunia belajar mengajar adalah dunia yang terus berkembang. Seorang guru yang terus menerus gunakan metode dan pendekatan yang sama saat mengajar, akan terlihat menjadi guru yang hanya menjalankan rutinitas. Terbayanglah sudah jika seorang individu hanya menjalankan rutinitas belaka, maka ia sendiri sebagai pelaku akan mudah terjebak untuk menjadi jenuh dan cepat jadi bosan pada profesi yang menjadi pilihannya. Jika ia tidak bosan maka yang terjadi individu tersebut akan menjadi ‘stagnan’ alias diam ditempat, tidak berkembang dan lupa untuk belajar. 

Salah satu jembatan yang bisa menghubungkan antara antusiasme, suasana hati seorang guru dan tugas kesehariannya sebagai pendidik adalah hal yang disebut sebagai ‘perencanaan’.

Finlandia : Peringkat Pertama Untuk Kualitas Pendidikan

Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia? Kalau Anda tidak tahu, tidak mengapa karena memang banyak yang tidak tahu bahwa peringkat pertama untuk kualitas pendidikan adalah Finlandia. Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki, dimana perjanjian damai dengan GAM dirundingkan, ini memang begitu luar biasa sehingga membuat iri semua guru di seluruh dunia.

Peringkat I dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental.

Rabu, 25 April 2012

KH. MARZUQI ROMLI

Giriloyo adalah sebuah dusun di bawah kaki perbukitan Imogiri. Masyarakat sekitar  mengenal dengan nama Pajimatan, suatu bukit yang terkenal di daerah kawasan selatan Yogyakarta karena disanalah raja-raja Kerajaan Mataram Islam dimakamkan.
Daerah Giriloyo ini sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta (jaraknya hanya sekitar 15 km). Namun karena daerah ini terpencil dan berada di kaki bukit. Sasana khas pedesaan yang sepi dan sunyi namun penuh dengan  kebersamaan dan kedamaian sangat mewarnai daerah tersebut.
Suasana sepi yang mewarnai Giriloyo itu pada pertengahan abad ke-18 M sedikit demi sedikit berubah dengan munculnya kelompok pengajian yang diasuh oleh KH. Romli, seorang ulama yang menjadi Mursyid Tarekat Syathariyah. Seluruh murid-muridnya diberi ijazah tarekat tersebut dengan maksud agar mereka memiliki amalan-amalan harian yang pada akhirnya bisa lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.
Keseriusan dan ketekunan dalam pengelolaan pengajian, membuat KH. Romli seakan melupakan

KH. M. MUNAWWIR ( PENJAGA AL-QUR’AN DARI YOGYAKARTA )


KH Muhammad Munawwir lahir di Kauman, Yogyakarta, dari pasangan KH. Abdullah Rosyad dan Khodijah. KH. M. Munawwir beristrikan empat orang, yaitu Ny. R.A. Mursyidah dari Kraton, Ny. Hj. Suistiyah dari Wates, Ny. Salimah dari Wonokromo, dan Ny. Rumiyah dari Jombang. Ketika istri pertamanya meninggal dunia, KH M. Munawwir menikahi Ny. Khodijah dari Kanggotan, Gondowulung.
Sejak kanak-kanak, KH M. Munawwir belajar Al-Qur'an di Bangkalan, sebuah pesantren yang diasuh oleh KH Maksum. Selain belajar Al-Qur'an, ia juga belajar ilmu-ilmu keislaman lainnya dari para kiai, seperti KH Abdullah dari Kanggotan Bantul, KH Kholil dari Bangkalan Madura, KH Sholih dari Darat Semarang, dan KH Abdur Rahman dari Watucongol Muntilan Magelang. Pada tahun 1888 KH. M. Munawwir meneruskan belajar ke Mekkah dan menetap di sana selama 16 tahun. Dari Mekkah KH M. Munawwir melanjutkan belajar ke Medinah. Setelah 21 tahun bermukim di kedua kota suci itu, dan memperoleh ijazah mengajar tahfiz Al-Qur’an, beliau kembali ke Yogyakarta

Selasa, 24 April 2012

PANDANGAN KH. HASYIM ASY’ARI TERHADAP FANATISME BUTA

Menyikapi isu-isu khilafiyyah yang makin meruncing seperti sekarang ini dan gelombang arus pemikiran yang tidak terarah, KH. Hasyim Asy’ari patut menjadi teladan. Ia pendiri NU yang di kenal tegas terhadap pemikiran di luar Islam, dan menyeru pada pentingnya ukhuwah Islamiyyah.
KH. Hasyim Asy’ari adalah ulama’ kenamaan yang lahir dari darah keturunan para ulama’. Ayahnya, Kyai Asy’ari adalah seorang ulama’ di daerah selatan Jombang yang memiliki pesantren. Kakeknya, Kyai Ustman, terkenal sebagai pemimpin Pesantren Gedang, yang santrinya berasal dari seluruh Jawa, pada akhir abad 19. Ayah kakeknya, Kyai Sihah, juga ulama’, adalah pendiri Pesantren Tambakberas di Jombang.
Selama tujuh tahun ia nyantri di Makkah berguru kepada masyayikh

Jumat, 20 April 2012

KARTINI


Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hinggaHamengkubuwana VI.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupatiberisterikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[2], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar

Sabtu, 14 April 2012

1,6 Juta Siswa Madrasah Siap UN 2012


Ujian Nasional (UN) 2012 tingkat madrasah di tanah air ini diikuti 1.647.835 siswa, jumlah tersebut terbagi menjadi 495.405 siswa untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), 820.409 siswa jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan peserta UN Madrasah Aliyah (MA) tercatat 144.624 siswa yang terdiri dari program IPA 96.663 peserta didik, program IPS 208.258 peserta didik, program BHS 11.786 peserta didik dan program keagamaan 15.317 peserta didik, demikian disampaikan Direktur Pendidikan Madrasah Prof Dr. Dedi Djubaedi kepada pers di Jakarta, Selasa (20/3).

Sebagaimana diketahui bahwa UN ini dilakukan untuk mengukur