Hampir
setiap tahun, awal puasa 1 Ramadan beberapa ormas Islam selalu berbeda. Seperti
tahun ini, awal puasa berpotensi tidak serentak. Ketidakserentakan ini juga
disadari dua ormas Islam besar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah. Muhammadiyah
memutuskan awal puasa pada Jumat 20 Juli 2012, sedangkan NU kemungkinan besar
jatuh pada Sabtu 21 Juli 2012.
Keputusan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menetapkan Jumat 20 Juli 2012 sebagai Hari
Pertama puasa tanggal 1 Ramadan 1433 H dan Hari Raya Idul Fitri pada 19 Agustus
2012 atau pada 1 Syawal 1433 H, dituangkan dalam Maklumat dengan nomor
01/MLM/I.0/E/2012. Maklumat tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan
Dzulhijjah 1433 Hijriyah,
serta imbauan menyambut Ramadhan 1433 H. Maklumat
tertanggal 15 Juni 2012 itu ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Din
Syamsuddin dan Sekretaris Umum Agung Danarto di Kantor PP Muhammadiyah
Yogyakarta. Penetapan itu berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang
dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Muhammadiyah
menyadari akan adanya perbedaan penetapan Hari pertama Puasa Ramadan 2012 bila
dibandingkan dengan organisasi lain. Maka itu, Muhammadiyah mengeluarkan
imbauan khusus untuk warganya akan adanya kemungkinan perbedaan penetapan 1
Ramadan itu. Muhammadiyah mengimbau segenap warga Muhammadiyah berpegang teguh
kepada hasil hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Warga
Muhammadiyah diminta memahami, menghargai, dan menghormati adanya perbedaan.
Untuk
pertama kalinya juga, Pimpinan Pusat Muhammadiyah tidak akan mengikuti sidang
isbat yang merupakan pertemuan sejumlah organisasi keagamaan dalam menentukan
Hari pertama Puasa ramadhan atau Hari Raya Idul Fitri di Kementerian Agama. Din
Syamsuddin menilai organisasinya tak perlu ikut sidang isbath yang lebih banyak
berisi pikiran-pikiran subyektif pemerintah.
"Kami
tidak ikut sidang isbath. Biasanya tidak ada musyawarah dan tidak ada
diskusi," kata Din Syamsuddin. Selain besarnya faktor subyektifitas, Din
menilai pemerintah tidak mengayomi seluruh umat Islam di Indonesia.
Terkait
rencana mundurnya Muhammadiyah dalam Sidang Isbat, Din mengaku sudah mengirim
surat ke Kementerian Agama. "Muhammadiyah tidak bisa menetapkan kapan satu
Ramadhan, kapan satu Syawal, bahkan sampai 100 tahun yang akan datang. Karena
ilmu falakh, astronomi itu ilmu pasti. Al Quran menyuruh kita untuk pandai
berhitung," kata dia.
Bila
Muhammadiyah melihat wujudul hilal untuk menetapkan Hari pertama Puasa 1
Ramadan 1433 H, Nahdatul Ulama (NU) tetap dengan metode rukyatul hilal bil
fi'li, yaitu melihat hilal dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik.
Ketua Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama, Khofifah Indar Parawansa meminta
kepada umat Islam supaya saling memahami dalam hal perbedaan penentuan awal
puasa. Khofifah menyadari adanya perbedaan pendekatan 1 Ramadhan antara
Muhammadiyah dengan NU. "Karena pendekatannya berbeda, itu kemungkinannya
penetapan berbedanya tinggi. Satu merukyat melihat, satunya wujud ada,"
kata Khofifah kepada VIVAnews.
Lebih
lanjut dia menambahkan bahwa pendekatan-pendekatan penetapan tanggal 1 Ramadhan
telah menjadi kesepakatan masing-masing organisasi massa Islam itu. "Meski
berbeda yang penting saling tafahum ada kesepahaman," tegas dia. Adanya
perbedaan itu, ia pun mengharapkan supaya kalangan umat Islam tetap saling
menghormati dan saling menjaga kerukunan.
Menurut
Wakil Ketua PWNU Jatim, KH Sholeh Hayat, NU masih masih menunggu hasil rukyat
bersama pemerintah. Namun, melihat posisi irtifak hilal di bawah dua derajat,
NU mungkin akan menggunakan standar istikmal atau menggenapkan umur bulan
Sya'ban menjadi 30 hari. Posisi irtifak hilal masuk kategori sulit dirukyat.
Dengan adanya isyarat menyempurnakan umur bulan Sya'ban menjadi 30 hari,
artinya 1 Ramadan berpotensi kuat ditetapkan pada Sabtu 21 Juli 2012.
Sisi
Astronomis
Bagaimana
pandangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyikapi ini.
BMKG akan memberikan data Informasi Hilal saat matahari terbenam pada Kamis, 19
Juli 2012. Penentuan awal bulan Ramadhan 1433 H akan menggunakan beberapa
metode pengamatan, antara lain waktu konjungsi (Ijtima’) dan terbenam matahari.
BMKG
akan memantau konjungsi geosentrik atau ijtima. Peristiwa ini terjadi ketika
lintasan edar matahari dan bulan tepat sama. Kejadian ini akan terjadi pada
hari Kamis, 19 Juli 2012, pukul 04.24 UT atau pukul 11.24 WIB atau pukul 12.24
WITA atau pukul 13.24 WIT. Saat itu matahari dan bulan bersama berada tepat
pada 116,912 derajat dengan jarak sudut 4,082 derajat.
Selain
waktu konjungsi, matahari terbenam juga bisa menjadi penentu. Waktu matahari
terbenam dinyatakan ketika bagian atas piringan matahari tepat di titik
horizon. Berdasarkan pengamatan, matahari terbenam di wilayah Indonesia pada 19
Juli 2012 paling awal terjadi pada pukul 17.35 WIT di Merauke dan paling akhir
pada pukul 18.57 WIB di Sabang. Secara astronomis, waktu pelaksanaan rukyat
Hilal di wilayah Indonesia adalah setelah matahari terbenam tanggal 19 Juli
2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar