قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

Rabu, 19 Desember 2012

Hikmah Zakat, Infak, dan Sedekah

Banyak hikmah yang diperoleh dari zakat, infak dan sedekah. Hikmat zakat diantaranya:
  1. Untuk membersihkan jiwa bagi pelakunya (muzzaki). Karena karakter manusia itu adalah kikir, maka dengan zakat diupayakan sifat tidak terpuji itu akan hilang.
  2. Untuk membersihka harta.

Karena dalam Islam, setiap harta yang diperoleh itu tidak boleh habis dibelanjakan. Allah titipkan sebagian hak orang miskin di dalamnya, seperti yang disampaikan dalam surat At Taubah ayat 103 : "Ambillah zakat dari mereka, guna membersihkan dan mensucikan mereka".
Sedangkan hikmah yang didapatkan di dunia dan akherat kelak, Allah menjanjikan bagi orang yang berzakat bahwa akan dilipatgandakan hartanya dan pahalanya kelak di hari akhir.


Hikmah keberkahan zakat dan sedekah itu pula yang pernah dan kini selalu dirasakan oleh Yasir Salim Basweran. Pria yang berprofesi sebagai wirausahawan ini merasakan betul hikmah dari zakat. Ia menceritakan, tahun 2005 dia merasakan sebuah hikmah dari amal sholeh yang bernama infaq. Saat itu dia mengalami sebuah ancaman kerugian dari usaha yang dijalankannya yaitu bisnis kurma, dimana dia keliru dalam memperhitungkan resiko dari pemesanan kurma yang ternyata tidak sesuai dengan rencana semula. Kurma yang dipesannya dalam jumlah besar tersebut terlambat datang sehingga target waktu penjualan yang diinginkannya tidak tercapai. Akhirnya, investasi yang dia tanamkan untuk mendatangkan kurma tersebut diambang kegagalan.

Yasir kemudian bercerita, dalam kondisi tersebut, justru salah seorang saudaranya menawarkan proposal pembangunan sebuah masjid di lingkungan tempat tinggalnya, dan meminta untuk dipertimbangkan proposal itu baik-baik. "Lama saya pandangi proposal itu, menurut pikiran saya yang dipenuhi dengan kerugian berdagang dan kebingungan untuk mengembalikan nilai investasi, proposal itu sama sekali tidak masuk akal," ucap Yasir.


Tapi tiba-tiba, entah kenapa saat merenung, sudah banyak tahun merasakan kenikmatan rezeki Allah, bisnis selalu berkembang dan baru tahun ini merasakan rugi. "Dan saya bersikap seolah-olah tidak pernah merasakan nikmatnya keuntungan dagang. Kemana keuntungan-keuntungan dagang saya sebelumnya? Saya kemudian berpikir, sekarang kamu susah, ingat-ingatlah saat kamu senang, apa yang sudah kamu perbuat? Konstribusimu mana? Jadi, saya mempertanyakan konstribusi saya untuk keuntungan-keuntungan yang lalu, yang sudah saya terima, bukan atas kerugian yang saya alami sekarang," ungkap Yasir.

Yasir kemudian melanjutkan, "Akhirnya saya mengeluarkan infaq. Jumlah yang menurut saya cukup besar pada saat kondisi sulit tersebut. Saya benar-benar niatkan sebagai bentuk rasa syukur atas kesuksesan yang kemarin-kemarin, bukan sebagai jalan keluar dari kesulitan yang sekarang ini."


Di titik itulah, Yasir mendapatkan keberkahan, tanpa disangka dia menemukan jalan keluar dari permasalahan. Dia menemukan cara penyimpanan kurma yang mudah dan murah dalam pembuatan serta penggunaannya. Bukan hanya itu, dia juga mendapatkan hasil penjualannya yang tidak disangkanya setelah berinfak. "Setelah itu, saya selalu berpikir bahwa itulah kekuatan infaq. Sehingga pada tahun-tahun berikutnya, saya berpikir, jika saya punya harta sekian, harus kamu infaqkan sekian. Pada tahun ini, hartamu ditambah oleh Allah, apakah kamu mau berkurang atau lebih? Kalau mau lebih maka infaqnya juga harus lebih," ungkap bapak dari 3 orang putera ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar