Kelahiran
KH. Muhammad Ilyas Ruhiat, dilahirkan di
Cipasung pada 31 Januari 1934, ayahnya adalah ulama besar di kabupaten
tersebut, KH Ruhiat dan ibunya Hj. Aisyah.
Pendidikan
Sebagai ulama yang cukup berpengaruh di
kalangan NU, Ilyas hanya mengecap pendidikan formal selama 3 tahun di sekolah
rakyat.
Namun Ilyas kecil tidak mau berhenti belajar.
Semangat dan kegigihannya mempelajari segala hal, mendorong Ilyas mengambil
kursus bahasa. Dua bahasa sekaligus dipelajarinya, Arab dan Inggris. Akhirnya
dengan penguasaan bahasa Arab yang mumpuni, Ilyas muda mampu menguasai bidang
ilmu Agama Islam.
Ilyas juga mendapat pendidikan pesantren,
yakni di Pondok Pesantren Cipasung yang di pimpin ayahnya, KH Ruhiat.
Sejak kecil, Ilyas berpembawaan tenang dan sejuk, namun diakui oleh para ulama
di kalangan NU dan non-NU sebagai ulama yang cerdas.
Pada usia 9 tahun ia sudah menguasai kitab
jurumiyah (ilmu nahwu) dan pada usia 15 tahun dia telah menguasai kitab Al
Fiyah Ibnu Malik (Ilmu Sharaf yang dirakit dalam seribu bait syair).
Oleh karena itu sejak usia 15 tahun Ilyas
sering dipercaya menggantikan ayahnya untuk mengajar. Ketika ayahnya ditangkap
dan dipenjarakan oleh penjajah Belanda, Ilyaslah yang menggantikan posisi sang
ayah sebagai guru di pesantren.
Kegiatan Organisasi
KH Ilyas memulai kariernya di organisasi NU
sejak tahun 1954 dengan terpilih sebagai Ketua NU Cabang Tasikmalaya.
Saat itu pun ia merangkap sebagai Ketua Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa barat. Kemudian pada tahun 1985-1989
ia terpilih sebagai Wakil Rois Syuriah NU Jawa Barat.
Pada tahun 1989, saat muktamar NU di Krapyak,
Ilyas menjadi salah seorang Rois Syuriah Pengurus Besar (PB) NU.
Puncaknya,tahun 1994, pada muktamar ke-29 NU yang berlangsung di pesantren
Cipasung, Tasikmalaya, Ilyas terpilih sebagai Rois Am PB NU, mendampingi KH Abdurrahman
Wahid alias Gus Dur sebagai Ketua Umum PB NU.
Pada saat muktamar NU di Krapyak KH Ilyas
menjadi salah satu anggota Rois Syuriah PBNU. Kemudian sejak Munas dan
konferensi besar NU di Bandar Lampung tahun 1992, Ilyas ditunjuk sebagai
pelaksana Rois Aam Syuriah NU menggantikan Rois Aam KH Ahmad Siddiq yang wafat.
Kemudian KH Ilyas kembali menjadi Rois Aam untuk periode berikutnya 1994-1999.
Pernikahan
KH Ilyas menikah dengan Hj Dedeh Fuadah, dan
memiliki tiga orang anak yaitu Acep
Zamzam Noor, seorang sastrawan terkenal, Ida Nurhalida meraih
master di UPI Bandung, dan si bungsu Enung Nursaidah Rahayu juga
master pendidikan biologi.
Meninggal
Beliau meninggal di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) dan
dimakamnkan di Kediamannya di Kompleks Pondok Pesantren
Cipasung, Tasikmalaya pada tanggal 18 Desember 2007 setelah
menderita penyakit diabetes dan beberapa kali di dera stroke.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar